Friday, January 25, 2013

Tips Traveling Ke Luar Negeri Murah Meriah


SIAPA bilang jalan-jalan ke luar negeri mahal dan sulit? Komunitas ini membuktikan, keliling dunia bisa dilakukan dengan biaya relatif murah. Caranya dengan memanfaatkan jaringan pertemanan dunia dan paham trik bepergian ke luar negeri.

Awalnya, komunitas yang berdiri pada 5 September 2009 ini adalah sarana promosi buku perdana Elok Dyah Meswati, pendiri Komunitas Backpacker Dunia yang berjudul Backpacking Hemat ke Australia yang diterbitkan lewat jalur indie.

“Semula hanya berisi diskusi isi buku saya saja. Namun, lambat laun member komunitas bertambah dan diskusi pun berkembang tidak hanya isi buku, juga membahas traveling ke negara-negara tujuan lainnya,” tutur Elok.

Dari hasil diskusi ini, para peserta yang kebanyakan anak muda, rupanya jadi “terkompori” untuk melihat dunia luar, bepergian ke negara lain untuk mengetahui dan merasakan langsung bagaimana pembangunan di negara tersebut, adat istiadatnya, budaya, bahasa, dan keunikan sebuah bangsa dan negara.

“Dari sana kami bisa belajar dan menerapkan apa yang terbaik bagi kehidupan kami sehari-hari. Intinya jangan menjadi katak dalam tempurung,” katanya lagi.

Selain itu, menurut Elok, melalui backpacking pula setiap orang akan belajar untuk menjadi pejalan mandiri dan mengatur semua keperluan backpacking-nya sendiri. Bukan seperti ikut trip organizer atau travel agent yang pesertanya tinggal membayar dan mengikuti jadwal yang telah dibuatkan.

Lewat perkumpulan di komunitas ini, setiap anggota juga akan diajak mengetahui tips dan trik memilih waktu yang tepat untuk memulai sebuah perjalanan, berburu tiket pesawat promosi/murah, mencari hostel/guest house murah, bahkan penginapan gratis di seluruh dunia melalui jaringan CouchSurfing (CS), www.couchsurfing.org yang anggotanya mencapai 3 juta orang di 241 negara.

Couchsurfing adalah jaringan backpackers di seluruh dunia yang membuka rumahnya untuk diinapi secara gratis oleh member CS lainnya. Untuk berbagi cerita tersebut, Backpacker Dunia hampir tiap bulan berkumpul di Pondok Penus, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta. Para anggota yang baru pulang dari negara tertentu biasanya akan bercerita tentang lika-liku dan tips untuk “bertahan hidup” di negara tersebut kepada mereka yang berencana untuk pergi ke sana.

Sejauh ini, gathering juga sudah diadakan di Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya, sebanyak 2-3 kali. Selebihnya, berbagi cerita juga dilakukan via akun grup di Facebook.

“Perlu ditegaskan, komunitas ini bukan trip organizer atau travel agent karena komunitas hanya mengompori teman-teman untuk jalan-jalan secara mandiri. Jadi, tidak ada acara jalan bareng komunitas,” kata Elok.

Memang, sering kali tak mudah traveling ke tempat yang jauh dari rumah. Kangen rumah atau berbagai kesulitan lainnya sering dialami para anggota komunitas. Kalau sudah begitu, biasanya anggota lainnya akan menyemangati agar perjalanan tetap bisa dilanjutkan.

“Pernah ada yang traveling ke Bangkok, lanjut ke Laos dan Vietnam, tapi kemudian dia ingin pulang karena kangen sama orang tua. Tapi, kami semangati supaya dia semangat menuntaskan rencana perjalanannya,” cerita Elok, sambil menambahkan anggota yang tinggal di luar negeri sering pula memberi bantuan kepada anggota Backpacker Dunia yang datang ke negara tersebut.

Memang, banyak pula anggota Backpacker Dunia yang warga negara Indonesia, tetapi tinggal di luar negeri, seperti Australia, Italia, Portugal, Belanda, Prancis, Jerman, Swiss, Belgia, Hongaria, Amerika, Taiwan, Korea, Jepang, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan sejumlah negara di Asia Tenggara.

No comments:

Post a Comment