Sekarang siapa yang tidak kenal Anas Urbaningrum, politisi muda ini lahir di desa Ngaglik, Slengat, Bilitar, Jawa Timur. Beliau
Lahir dari keluarga sederhana, sejak duduk di bangku SD hingga SMA, ia
habiskan waktunya di Blitar. Saat masih SMP, Anas tercatat sebagai
sekretaris organisasi siswa (OSIS) di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kunir
tempatnya menimba ilmu dan menjadi ketua OSIS ketika di SMA Negeri Srengat.
Selepas
SMA, pria asli Jawa Timur ini melanjutkan pendidikannya di Universitas
Airlangga melalui jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK). Di
kampus ini, ia mengambil jurusan politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik hingga lulus tahun 1992 dengan predikat sangat memuaskan.
Anas kemudian terpilih memimpin sebuah organisasi kemahasiswaan berskala
nasional, yakni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) untuk periode 1997-1999. tidak semua orang mampu menduduki posisi ketua organisasi mahasiswa terbesar dan berpengaruh ini, banyak politisi top dan negarawan indonesia yang terlahir dari organisasi ini.
tidak sampai bergelar S1 saja, Anas pun melanjutkan kuliahnya hingga S2 namun di Universitas Indonesia dan meraih gelar master bidang ilmu politik di tahun 2000. Bahkan tesisnya telah dibukukan dengan judul "Islam Demokrasi : Pemikiran Nurcholis Majid". Judul tersebut diambil karena Anas terinspirasi dengan gaya politisi idolanya yaitu Cak Nur.
Terlepas dari semua skandal dan masalahnya Figur anas yang kalem, santun, cerdas dan terampil dalam komunikasi politik membuat namanya digadang-gadang sebagai salah satu sosok unggulan di teras perpolitikan nasional masa depan.
Di samping kepribadiannya yang santun, tenang dan bersahabat,
keberhasilannya dalam beroganisasi tentu karena didukung oleh kemampuan
berpikir dan berkomunikasi Anas yang cukup baik. Dalam hal ini, pria
kelahiran Blitar Jawa Timur, 15 Juli 1969 ini memang dikenal sebagai
orang yang cerdas dan sangat pintar memilih kata-kata ketika
berkomunikasi dengan pihak lain. Kecerdasannya itu sudah terlihat sejak
duduk di bangku SD hingga perguruan tinggi. Ia selalu mendapatkan nilai
bagus sehingga sering menjadi juara. Ketika menamatkan perkuliahannya,
alumni Fakultas Ilmu Politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya
tahun 1992 ini terpilih menjadi Mahasiswa Teladan dan lulusan terbaik.
Namanya semakin dikenal setelah ia menjadi salah satu anggota Komisi
Pemilihan Umum (KPU) pada tahun 2001. Ketika itu, keberadaan suami dari
Athiyyah Laila ini cukup istimewa karena ia merupakan anggota termuda di
antara sebelas anggota KPU lainnya. Sebelum terpilih menjadi anggota
KPU, Anas sempat pula berkantor di tempat yang sama tahun 1999. la saat
itu sebagai anggota Tim Persiapan Pembentukan KPU sekaligus anggota Tim
Verifikasi Partai Politik Peserta Pemilu, yang dikenal pula dengan
sebutan Tim Sebelas. Peraih Bintang Jasa Utama dari
Selesai bertugas di KPU, peraih gelar Magister Sains Ilmu Politik dari
Universitas Indonesia (UI) tahun 2000 ini kemudian bergabung dengan
Partai Demokrat. Pada 2005, ia terpilih menjadi Ketua Bidang Politik dan
Otonomi Daerah DPP Partai Demokrat.
Pada Pemilu 2009, Anas masuk menjadi anggota DPR periode 2009-2014
dan terpilih menjadi Ketua Fraksi Partai Demokrat. Selanjutnya, pada
tahun 2010 ia ikut mendaftarkan diri menjadi calon Ketua Umum,
berkompetisi dengan dua kader Partai Demokrat lainnya, yakni Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng dan Ketua DPR RI Marzuki Alie. Pada putaran kedua pemilihan Ketua Umum pada Kongres II Partai Demokrat di Bandung, 21-23 Mei 2010 itu, Anas Urbaningrum tampil menjadi pemenang, mengalahkan Marzuki Alie. Dengan kemenangannya itu, Anas mencatatkan diri sebagai ketua umum partai politik termuda di Indonesia pada zamannya.
Mengenai kemenangan Anas ini, banyak yang mengatakan bahwa itu adalah
berkat kerja keras Anas dalam menjaring dan membangun komunikasi dengan
kader di daerah. Selain itu, target pemenangan Pemilu 2014 juga
dianggap menjadi faktor kemenangan Anas. Karena di mata kader partai,
siapapun yang terpilih menjadi ketua umum saat ini, tokoh itu juga
hendaknya layak dan pantas untuk dicalonkan sebagai calon presiden pada
Pemilu 2014.
Anas sendiri berpandangan bahwa ia maju sebagai calon dalam pemilihan
ketua umum karena ingin membangun tradisi demokrasi yang baik, sehat,
dan dewasa di Partai Demokrat. Menurutnya, untuk mendapatkan mandat
sebagai ketua umum harus ditempuh dengan cara yang baik, elegan, dan
demokratis. Keteguhannya dalam menghadapi kompetisi politik di arena
Kongres Partai Demokrat pada tahun 2010 kemudian diganjar penghargaan
Man of the Year 2010 dengan predikat Guard of Integrity dari Rakyat
Merdeka Online. Penghargaan yang diberikan pada awal tahun 2011 itu
diberikan kepada individu-individu yang dianggap memainkan peranan
penting dan inspiratif sepanjang 2010. Saat menjabat sebagai Ketua Umum DPP Partai Demokrat 2010-2015,
Anas Urbaningrum
menunjukkan kapasitasnya sebagai pemimpin. Ia pandai memilih kata-kata
yang tepat untuk menanggapi pandangan berbagai pihak tentang partainya
sehingga tidak sampai memancing perdebatan panjang bahkan polemik yang
mengarah pada perseteruan.
Contohnya, menanggapi polemik pencalonan Ibu Ani Yudhoyono
pada Pilpres 2014, Anas hanya mengatakan bahwa partainya tidak
terburu-buru bicara soal Pemilu 2014, tapi masih fokus pada kerja untuk
memajukan bangsa dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. "Jadi, politik
tahun 2011 sebaiknya bermakna kerja terbaik untuk menunaikan mandat
Pemilu 2009 dulu, tidak terburu-buru bicara Pemilu 2014," katanya kepada
ANTARA awal tahun 2011
Di 2012-2013 ini anas menjadi topik terpopuler menyangkut kasus hambalang, sampai 2013 awal anas masih menjalankan tugas jabatannya sebagai ketua umum partai demokrat meskipun diterpa prahara politik dan hukum dikalangan internal maupun dengan KPK. sampai akhirnya Anas menjadi tersangka pada kasus hukum yang hampir 1 tahun lamanya menyoroti dirinya.
Sumber : www.ceritamu.com | www.tokohindonesia.com
No comments:
Post a Comment